HAKEKAT MANUSIA
MENURUT
DAVID HUME


RIWAYAT HIDUP DAVID HUME
David Hume lahir 26 April meninggal pada 25 Agustus 1776 pada usia 65tahun. Hume merupakan putra pasangan Yusuf Chrinside dan Khaterine Falcomer, saat usia Hume masih anak-anak, ayahnya meninggal sehingga dia dibesarkan oleh ibunya. David Hume adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Ia dimasukan sebagai salah satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia. Meskipun kebanyakan ketertarikan karya Hume berpusat pada tulisan filosofi, sebagai sejarahwan ia mendapat pengakuan dan penghormatan. Karyanya The History of England, merupakan karya dasar dari sejarah Inggris untuk 60 atau 70 tahun sampai Karya Macaulay.

Hume merupakan filsuf besar pertama dari era modern yang membuat filosofi naturalistis. Filosofi ini sebagian mengandung penolkan atas prevalensi dalam konsepsi dari pikiran manusia merupakan miniatur dari kesadaran suci, sebuah pernyataan Edward Craig yang dimasukan dalam doktrin 'Image of God'. Doktrin ini diasosiasikan dengan kepercayaan dalam kekuatan akal manusia dan penglihatan dalam realitas, dimana kekuatan yang berisi seritikasi Tuhan. Skeprisme Hume datang dari penolakan atas ideal di dalam. 

Hume sangat dipengaruhi oleh empirises John Locke dan George Berkeley, dan juga bermcam penulis berbahasa Perancis seperti Pierre Bayle, dan bermacam figur dalam landasan intelektual berbahasa Inggris seperti Isaac Newton, Samuel Clarke, Francis Hutcheon, Adam Smith, dan Joseph Butler. 

Hume tinggal di Perancis selama tiga tahun sampai ia mengeluarkan buku pertamanya yang berjudu; "A Treatisme of Human Nature". Sampai September 1737, Hume kembali ke London selama 16 bulan, ia tinggal disana menerbitkan karyanya. Setelah itu ia kembali ke Skotlandia untuk mengajar di University at Edinburgh namun hanya sebentar saja, ia mengalami kegagalan dalam adaptasi terutama untuk subjek kuliah yang berhubungan dengan agama.

ALIRAN EMPIRISME
Aliran Empirisme adalah doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengecilan peranan akal. Konsep mengenai filsafat Empirisme muncul pada abad modern yang lahir karena adanya upaya keluar dari kekangan pemikiran kaum agamawan di zaman skolastik. Descartes adalah seorang yang berjasa dalam membangun landasan pemikiran baru di dunia barat. Descartes menawarkan sebuah produsen yang disebut keraguan metodis universal dimana keraguan ini bukan menunjuk kepada kebingungan yang berkepanjangan, tetapi akan berakhir ketika lahir kesdaran akan eksistensi diri yang dikatakan fengan cogiro ergo sum yang artinya saya berpikir maka saya ada.

David Hume merupakan puncak dari aliran Empirisme. Baginya, pengalaman lebih dari rasio sebagai sumber pengetahuan, baik pengalaman intern maupun ekstern. Menurut Hume semua ilmu itu berhubungan dengan hakekat manusia, dan ilmu inilah yang menjadi sati-satunya dasar bagi ilmu-ilmu yang lain. 

Hume mengatakan bahwa, semua pengetahuan dimulai dari pengalaman indra sebagai dasar. Impression pada Hume, sama dengan sensasional pada John Lock yaitu basis pengetahuna. Semua persepsi jiwa manusia terbentuk pada tingkat kekuatan dan garis menuju kekuatan besar dan kasar disebut impressionm sedangkan idea adlaah gambaran kabur tentang persepsi yang masuk ke dalam pikiran. 

Hume tidak menerima substansi, sebab yang dialaminya hanya kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Dimulai dari kesanm kemudian muncul gagasan dimana kesan merupakan hasil penginderaan secara langsung, sedangkan gagasan itu sendiri merupakan ingatan akan kesan-kesan. Contoh : ada sebuah benda dengan ciri-ciri putih, licin, ringan, tipis. Dengan ciri-ciri tersebut tidak bisa disimpulkan bahwa yang memiliki ciri-ciri tersebut adlah kertas.

Ciri-ciri pokok empirisme, yaitu :
- Teori Tentang Makna
Teori pada aliran empirisme biasanya dinyatakan sebagai teori tentang asal pengetahuan yaitu asal usul ide atau konsep. Pada abad pertengahan teori ini diringkaskan dalam rumus Nihil Est in Intellectu Quod Prius Feurit in Sensu (tidak ada sesuatu di dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman). Pernyataan ini merupakan tesis Locke yang terdapat dalam bukunya "An Essay Concerning Human Understanding" yang dikeluarkan tatkala ia menentang ajaran ide bawaan (Innate Idea) kepada orang-orang rasional. Jiwa (mind) itu tatkala dilahirkan keadaannya kosong laksana kertas putih yang belum ada tulisan di atasnya dan setiap ide yang diperolehnya mestinya datang melalui pengalaman, yang dimaksud disini adalah pengalaman indrawi. Hume mempertegas toeri ini dalam bab pembukuan bukunya "Treatisme of Human Nature (1793)" dengan cara membedakan anatara ide dan kesan. Semua ide yang kita miliki itu datang dengan kesan-kesan, dan kesan itu mencakup penginderaan passion dan emosi.

- Teori Tentang Pengetahuan
 Menurut rasionalis ada beberapa kebenaran umum seperti setiap kejadian tertentu mempunyai sebab, dasar-dasar matematika dan beberapa prinsip dasar etika dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran priori yang diperoleh keluar intuisi rasional. Empirisme menolak hal demikian karena tidak ada kemampuan intuisi rasional itu. Semua kebenaran yang disebut tadi adalah kebenaran yang diperoleh lewat observasi, jadi ia kebenaran posteriori.

PENGALAMAN DAN KAUSALITAS
Teori Hume tentang pengalaman dimulai dengan ide bahwa semua isi pengalaman sadar kita dapat dipecah menjadi dua kategori yakni kesan dan ide. Hume mengatakan bahwa istilah kesan (impression) menunjuk kepada semua persepsi kita yang lebih hidup ketika mendengar, melihat, merasa, mencinta, membenci, menginginkan atau menghendaki. Kesan berbeda dari ide, bukan didalam isi tetapi didalam kekuatan dan semangat, yang dengannya keduanya menyentuh kita. Disisi lainm ide adalah gambar yang didasarkan pada memori kesan atau pikiran tentang kesan, yang terakhir ini sering melibatkan kemampuan imajinasi kita yang memberi produk ide, yang mungkin kita memiliki kaitan langsung di dalam wilayah kesan.

Hume menguraikan dan menjelaskan hubungan antara kesan dan ide dengan menyatakan bhawa keduanya dipandang dari segi simplisitas atau kompleksitasnya, dapat dibagi menjadi dua kategori. Sebuah kesan yang kompleks tersusun atas kesan-kesan yang simple. Selai itu, setiap ide yang simple berasal dari kesan tunggal yang berhubungan secara langsung. 

Hume menegaskan bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibanding kesimpulan logika atau kemestian sebab-akibat. Sebab akibat hanya hubungan yang saling berurutan saja dan secara konstan terjadi seperti, api membuat api mendidih. Padahal dalam api tidak dapat diamati adanya daya aktif yang mendidihkan air. Jadi daya aktif yang disebut hukum kausalitas itu bukanlah yang dapat diamati, bukan hal yang dapat dilihat dengan mata sebagai benda yang berada dalam air yang direbus. Dengan demikian kausalitas tidak bisa digunakan untuk menetapkan peristiwaa yang akan datang berdasarkan peristiwa yang terdahulu.

MORAL
Bagi Hume moralitas adalah tatanan hidupa baik dan buruk yang sangat dipengaruhi oleh unsur perasaan. Maka, moralitas bisa jadi persoalan perasaan atau hasrat bukan akal budi. Pengetahuan moral itu berasarl dari asosiasi ide-ide khusus tanpa pendasaran rasional, tapi berdasarkan pada pilihan-pilihan subyektif yang disenangi. Akal budi hanya memberi informasi saja. Misalnya, disuatu tempat ada mangga yang enak, tentang bagaimana mendapatkannya bukan urusan akal budi tapi hasrat atau perasaan itu. Prinsip suatu tindakan dinilai baik adalah kalau tindakan itu menyenangkan atau berguna bagi kita atau banyak orang.

AGAMA
Hume tidak setuju dengan adanya agama monteis. Menurutnya, monoteisme itu tidak memiliki dasar, khususnya anggapan yang meyakini Allah itu sempurna. Buktinya dunia ini jahat dan buruk, maka keyakinan Allah itu Maha Sempurna bisa disangkal. Menurutnya pula, kita tidak tahu pasti tentang apa itu Allah sebab kita tidak memiliki pengalaman tentang dunia yang lain selain dunia ini. Sikap skeptis Hume bersifat agnotisisme, yakni sebuah anggapan bahwa kita tidak bisa tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak.

Maka Hume mengusulkan politeisme yang dianggapnya sebagai bentuk ateisme. politeisme itu sendiri bersifat toleran dan mendukung keutamaan kodratu yang membantu manusia untuk mengembangkan dirinya
EKSTISTENSI TUHAN
Hume mengkritik keras ketiga bukti keberadaan Tuhan yang disampaikan Descartes. Duka bukti pertama Descartes mengenai keberadaan Tuhan adalah bukti sebab-akibat. Keduanya membuktikan bahwa Tuhan ada sebagai satu-satunya sebab munculnya gagasanku mengenai dia dan munculnya gagasan mengenai keberadaanku sebagai benda yang berpikir. Namun kita tidak mempunyai kesan indera mengenai Tuhan sebagi suatu sebab, kita juga tidak mempunyai kesan apapun mengenai benda berpikir sebagai akibat, Apalagi, pada kedua bukti sebab-akibat mengenai keberadaan Tuhan ini, Descartes mendasarkan diri pada kejelasan dan kejernihan pemikiran bahwa sebab harus sama nyatnya dengan akibatnya. Bagi Descartes gagasan ini sangat jelas sehingga tidak ada pikiran rasional apapun yang bisa meragukannya, namun bagi Hume gagasan ini sangatlah tidak berarti. Gagasan tersebut tidak memunculkan baik landasan rasional maupun empiris untuk kauslaitas.

Adapun bukti ketiga mengenai keberadaan Tuhan, yang dimunculkan pada buku "Meditation Descartes" menggunakan bukti ontologis yang dikemukakan Saint Anselm di abad XI. Bukti ini mengemukakan ide bawaan mengenai Tuhan yang memiliki segala kesempurnaa, dan oleh karena itu pasti memiliki kesempurnaa pada wujud-Nya. Kesimpulan bahwa Tuhan itu memang ada. Hume meruntuhkan bukti ini dengan pertama-tama mengingatkan kita bahwa filsuf empirisme seperti John Locke telah menunjukkan tidak ada yang namanya ide bawaan, kita hanya memiliki gagasan yang muncul dari pengalaman kesan. Bukti ontologis Saint Anselm mengenai keberadaan Tuhan menyatakan bahwa ide keTuhanan itu dengan sendirinya terbukti dalam akal pikiran : Tuhan mempunyai segala kesempurnaan, Dia Maha Thu, Maha Kuasa, dan Maha Baik. Oleh karena itu, Dia tak mungkin kurang sempurna dalam keberadaan-Nya.


BEBERAPA MASALAH DAN PANDANGAN YANG BERGUNA DALAM MASALAH HUME
Teori Hume ini meruntuhkan teori rasionalisme yang mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah melalui rasio atu akal. Menurut Hume, pengetahuan itu bersumber dari pengalaman yang diterima oleh kesan indrawi. Hal demikian mendorong bagi kita, bahwa untuk menemukan sebuah pengetahuan kita memerlukan pengalaman kita. Dengan demikian, bahwa untuk membuktikan sebuah kebenaran akan pengetahuan itu memerlukan penelitian dilapangan, observasi, percobaan yang mana dengan cara-cara seperti itulah merupakan titik tolak dari pengetahuan manusia.

Hume menerapakan Hume menerapkan toeri empirismenya dalam mengkaji eksistensi Tuhan, dia mengungkapkan bahwa Tuhan yang menurut orang rasionalisme memang sudah ada dalam alam bawaan sebenarnya tidak nyata. Menurut Hume, pengetahuan akan Tuhan merupakan sebuah hal yang tidak dapat dibuktikan karena tidak adanya kesan pengalaman yang kita rasakan akan Tuhan. Persoalan Tuhan merupakan persoalan yang berkaitan dengan metafisika. Pembahasan dalam metafisika tidak bisa didekati dengan pembuktian menuntut adanya suatu yang empiris dan nyata. Jauh dari kritik destruktif terhadap metafisika dan teologi. Hume memberikan analisis yang kontruktif yang membuka kemungkinan-kemungkinan baru sambil membuat kita sdar akan kebutuhan mendasarkan teori kita pada fakta pengalaman. Hume menawarkan kesempatan dan tantangan untuk membangun teori sendiri dengan mencoba sedekat mungkin dengan pengalaman.




SUMBER :
https://id.wikipedia.org/wiki/David_Hume
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/filsafat-david-hume/ 
https://amirulbahri.wordpress.com/2010/10/17/empirisme-david-hume/ 
http://hefamandiri.blogspot.co.id/2015/12/filsafat-ilmu-pokok-pokok-pemikiran.html 
http://www.academia.edu/3055959/Pokok_Pemikiran_David_Hume



 

Komentar